Linisiar.ID – Banyak peristiwa penting terjadi dalam perjalanan hidup bangsa kita. Salah satunya, bertepatan dengan hari ini, pemberontakan PKI pada 18 September 1948 di Kota Madiun, Jawa Timur.
Pemberontakan itu dimulai dengan tembakan tiga kali pada pukul tiga pagi. Selanjutnya, menurut buku Pemberontakan PKI-Muso Di Madiun 18-30 September 1948 yang ditulis Rachmat Susatyo, pasukan yang dimpin Sumarsono, Dahlan dan Djokosujono bergerak menguasai seluruh kota Madiun.
Mereka melakukan pendudukan kantor-kantor penting seperti Kantor Pos, Gedung Bank, Kantor Telepon, kantor Radio dan Kantor Polisi.
Kelompok pemberontak kemudian mengibarkan bendera merah di depan Balai Kota dan menjadikan Madiun sebagai titik untuk menguasai Indonesia. Mereka memproklamirkan berdirinya negara Republik Soviet Indonesia.
Bersamaan dengan itu, dikutip dari berbagai sumber, terjadi penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun, baik itu tokoh sipil maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
Menghadapi pemberontakan ini, Presiden Soekarno menerapkan GOM I (Gerakan Operasi Militer) dimana Panglima Soedirman memberi perintah pada Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi II Jateng bagian timur), Kolonel Sungkono (Panglima Divisi I Jatim) agar mengerahkan kekuatan TNI serta polisi dalam menumpas PKI Madiun.
Hanya butuh waktu 2 minggu bagi pemerintah untuk menumpas pemberontak. Berkat dukungan rakyat, Madiun bisa direbut kembali pada 30 September 1948.
Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun (Madiun Affairs), dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Baru di era Orde Baru peristiwa ini mulai dinamakan pemberontakan PKI.
*Dari berbagai sumber